Minggu, 07 Juli 2013

Tol Semarang

Ruas Tol Semarang-Bawen


SEMINAR TOL:Para pembicara tampil dalam Seminar "Percepatan Pembangunan Tol Semarang Solo dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat", yang digelar Kelompok Diskusi Wartawan (KDW) Provinsi Jateng di Hotel Santika, Semarang, Rabu (25/7).(30)

SEMARANG- Pemasangan patokcentre line trase jalan tol ruas Semarang-Bawen telah selesai dilaksanakan. Komisaris Utama PT Trans Marga Jateng (TMJ) Ir Danang Atmojo MT menyatakan, pemasangan dilakukan pada 18 Juni-4 Juli 2007 dengan melibatkan aparat desa/ kelurahan dan masyarakat setempat dengan maksud untuk mengidentifikasi pemilik tanah.
''Disamping itu, progress lain terkait pembebasan tanah untuk tol Semarang-Solo, yakni pematokanright of way (ROW) plan di kawasan hutan Penggaron bersama Dinas Kehutanan, Perhutani, aparat desa, telah berlangsung sejak 16 Juli hingga sekarang,'' kata dia dalam seminar "Percepatan Pembangunan Tol Semarang Solo dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat", di Hotel Santika, Rabu (25/7).
Menyinggung jadwal kegiatan pembebasan tanah ruas Semarang-Bawen, Danang mengatakan, kesepakatan bersama tim pengadaan tanah (TPT) dan panitia pengadaan tanah provinsi (P2T) kabupaten/kota telah berlangsung pada 4 Juni, sehingga sosialisasi kepada masyarakat bisa dilaksanakan bulan depan.
Seminar digelar Kelompok Diskusi Wartawan (KDW) Provinsi Jateng. Selain Danang, pembicara lain yakni Ketua Komite Tetap Pengembangan Investasi Kadin Jateng Didik Sukmono dan pakar Transportasi Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno.
Menurut Kepala Dinas Bina Marga itu, tol Semarang-Solo memiliki panjang 75,8 km dan akan melintasi enam wilayah kota/kabupaten yang terdiri atas lima seksi yakni Tembalang-Ungaran (11,2 km), Ungaran-Bawen (11,9 km), Bawen-Salatiga (18,8km), Salatiga-Boyolali (20,9 km), dan Boyolali-Karanganyar (13 Km).
Gubernur Jateng H Mardiyanto berpendapat, pembangunan jalan tol akan mengurangi risiko kemacetan ruas Semarang-Solo. Dalam proses pembangunan, pihaknya selalu memperhatikan aspirasi masyarakat. Sebab, tidak ada artinya pembangunan jalan tol kalau tidak memberikan nilai tambah kepada masyarakat.
''Saya tekankan agar hindari permukiman semaksimal mungkin. Sebab kita hindarisocial cost yang tinggi. Tapi bukan berarti tidak menabrak sama sekali. Akhirnya dengan medan yang sulit, konsekuensinya adalah pada anggaran,'' kata Mardiyanto saat memberikan pidato kunci. (H7,H37-46)

Suara Merdeka,

Kamis, 26 Juli 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mamet pegang senjata

Mamet pegang senjata

FGD

FGD