Jumat, 12 Juli 2013

JURNALISTIK FOTO

Rabu, 28 November 2012
Jurnalis Foto


Oleh : CHANDRA AN

JURNALISTIK FOTO
Adalah tata cara yang mengatur teknis pekerjaan penyajian berita atau informasi dengan menggunakan fotografi sebagai materi penyajian secara visual.
Dalam persurat kabaran, foto adalah paparan fakta secara visual. Sehingga faliditasnya cukup memiliki nilai kepercayaan yang tinggi dibanding sajian tulisan.
Jurnalistik Foto meliputi Penguasaan Jurnalistik dan Fotografi. Dengan demikian seorang Jurnalis Foto atau Pewarta Foto, selain faham tentang teknik fotografi secara umum, juga harus mengenal atau faham tentang Ilmu Jurnalisme.
Penguasaan teknik foto sebagai pendukung hasil akhir gambar / visualisasi fakta. Sedangkan arti pemahaman ilmu Jurnalistik akan mempengaruhi terhadap moment penting yang hendak disampaikan ke public. Artinya dengan memahami tentang Jurnalistik, si pewarta foto akan mengetahui betapa pentingnya sebuah informasi untuk diketahui public. Termasuk juga dapat menentukan feetback atau umpan balik dari pesan yang disampaikan ke public.

Rangkaian kerja seorang Jurnalis Foto meliputi :
Perencanaan Peliputan.
Penyiapan Konsep & Eksplorasi Peliputan.
Peliputan.
Editing dan Captioning.
Dokumentasi.

PERENCANAAN
Peliputan foto jurnalistik harus direncanakan. Terutama penyiapan perlengkapan fotografi yang sesuai dengan medan peliputan dan tata tertib peliputan. Kurangnya perencanaan sering mengakibatkan pewarta foto tak mampu mendapatkan hasil yang maksimal.
Salah satu contoh kasus adalah peliputan Presiden RI. Dalam peliputan ini diterapkan aturan ketat, salah satunya adalah posisi pemotretan yang tak sebebas pejabat pemerintahan tingkat kelurahan maupun kota. Tentunya pewarta foto harus sadar bahwa perlengkapan fotografi menjadi factor penting yang mendukung hasil peliputan. Sangatlah tidak mungkin pewarta foto akan mengandalkan lensa dengan rentang lebar untuk mendapatkan gambar presiden secara dekat atau detil. Karena selain posisi peliput dan obyek yang diliput dibatasi jarak yang tidak dekat, juga harus berebut moment dengan rekan-rekan lain yang kadang saling berhimpit-himpit dan berdesakan.

Selain merencanakan peralatan yang dibawa, juga harus menyesuaikan penampilan. Membawa tas kamera ransel misalnya, sering mendatangkan kendala saat peliputan presiden di ruang in door. Selain karena aturan ketat protokoler, juga saat berdesak-desakan akan mengganggu rekan-rekan peliput yang lain. Idealnya justru membawa tas kamera yang simple namun memuat perlengkapan yang dibutuhkan.
Penampilan lain adalah cara berpakaian. Pakaian sangat mempengaruhi gerakan kita di ruang peliputan.
Setelah merencanakan perlengkapan yang dibutuhkan dan dibawa, serta penampilan, yang tak kalah penting adalah merencanakan peliputan. Pewarta foto harus mengerti apa yang hendak diliput. Oleh karena itu pewarta foto juga harus faham tentang acara yang didatanginya. Tentukan apa yang menarik untuk diliput. Harus tahu tokoh-tokoh siapa saja yang datang. Paham juga tentang alur acara. Serta peka terhadap isu yang bisa dikaitkan atau terkait dengan acara atau peristiwa yang diliput.

PENYIAPAN KONSEP & EKSPLORASI
Setelah merencanakan secara matang kesiapan peliputan, seorang pewarta foto juga harus memiliki konsep peliputan. Misalnya harus sudah ada di pikirannya tentang gambaran apa yang hendak diliput. Selain itu juga harus memiliki konsep pemotretan yang jelas, meliputi pilihan obyek foto (moment puncak), tokoh-tokoh yang terkait dengan isu segar (diluar maupun  dalam konteks peliputan), serta menentukan angle pemotretan yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan pemberitaan.
Konsep adalah syarat mutlak untuk pencapaian hasil yang maksimal. Sama halnya ketika seorang wartawan akan menulis berita, tentunya tak lepas dari konsep. Misalnya angle pemberitaan, pilihan lead berita, serta feed back dari pemberitaan atau pemuatan.
Dalam peliputan seorang pewarta foto juga harus rajin eksplorasi moment dan obyek yang menarik untuk pemberitaan. Selain eksplorasi moment juga angle pemotretan.

PELIPUTAN
Dalam peliputan adalah melaksanakan apa yang direncanakan dan apa yang telah dikonsep. Selain itu hasil eksplorasi juga akan menambah banyak pilihan angle berita foto yang hendak disampaikan. Kalapun tidak digunakan untuk pemuatan pada waktu itu, foto-foto yang dibuat juga akan menjadi sangat penting ketika terkait isu segar yang sedang in.
Dalam Jurnalistik Foto dikenal adanya approach (pendekatan). Pendekatan perlu dilakukan untuk mempermudah jalannya peliputan. Ada 3 Approach yang dikategorikan dapat mempengaruhi kelancaran pewarta foto dalam melakukan peliputan foto. Antara lain :
-Personal Approach : Pendekatan Personal
-Community Approach : Pendekatan Kelompok
-Visual Approach : Pendekatan Visual


EDITING dan CAPTIONING

Foto Jurnalistik juga tidak lepas dari editing. Editing yang dilakukan sejauh tidak menambah elemen gambar di luar kontek fakta yang terjadi dan terekam kamera.

Editing yang diijinkan dalam Foto Jurnalistik antara lain :
-Cropping : Pemotongan bidang gambar untuk
-Dodging : Pengurangan Cahaya (menggelapkan bagian tertentu)
-Burning : Penambahan Cahaya (menerangkan bagian tertentu)

Fungsi Editing :
-         Koreksi Bidang
-         Koreksi Warna
-         Koreksi Kekontrasan / Ketajaman Gambar

Prinsip editing adalah mengolah gambar tanpa memanipulasi obyek dengan tunjuan memperbaiki penampilan gambar agar jelas dan menarik untuk dilihat.
Selain melakukan editing, foto jurnalistik juga harus disertai caption. Caption adalah data tulisan yang menerangkan data obyek foto.
Foto jurnalistik tidak bisa lepas dari caption, karena caption berfungsi menerangkan data yang tidak dapat tergambar (kapan, siapa dan mengapa).
Foto Jurnalistik tanpa caption disebut foto bisu. Foto bisu sangat membingungkan pemirsa, bahkan bisa jadi pemirsa akan memiliki persepsi beda dalam memaknai maksud foto jurnalistik, karena tidak ada pesan yang mengarahkan.
Caption harus memuat unsur 5W + 1H yakni What (apa), When (kapan), Where (di mana), Who (siapa), Why (kenapa) dan How (Bagaimana).



DOKUMENTASI
Dokumentasi adalah tugas akhir seorang pewarta foto. Sebab foto-foto. Baik yang telah dimuat maupun tidak termuat akan menjadi arsip berharga. Besar kemungkinannya, foto-foto masa lalu akan menjadi bahan pemberitaan di kemudian hari terkait dengan isu yang lagi fresh.
Contoh : Ketika muncul pemberitaan sepak terjang mantan Presiden Soeharto ketika masih menjabat sebagai presiden di tahun 1982-1984. Sangat lah tepat kalau media masa cetak menurunkan foto-fotonya dengan obyek Soeharto pada masa-masa itu, bukannya yang dimuat foto Soeharto ketika sudah tidak menjadi presiden. Secara aktualitas peristiwa memang kurang, karena itu foto masa lalu (dokumentasi). Tapi aktualitas isu-nya justru fresh (segar) karena diangkat kembali (sebelumnya belum diangkat). Faktanya tetap faktual.
Dalam mendokumentasikan hendaknya disusun secara sistematis dengan maksud dan tujuan untuk mempermudah pencarian dan mengetahui datanya.
Bila data tersebut merupakan data digital, simpan dengan system folder di computer serta di-back up dengan compact disk atau flash disk.
Namun bila datanya berupa film simpan dalam tempat atau cabinet khusus yang tidak mudah lembab.

FOTO JURNALISTIK
Adalah karya dari proses Jurnalistik Foto.
Foto Jurnalistik merupakan foto-foto yang mengandung nilai kepentingan berita untuk diketahui publik yang disampaikan melalui media cetak (majalah maupun koran)
Yang membedakan foto jurnalistik dengan foto-foto lain adalah penyertaan caption sebagai pelengkap foto yang berfungsi untuk menceritakan data-data yang tak terungkap dalam gambar (misalnya kapan, dimana, mengapa).

Foto Jurnalistik yang baik :
Menarik dan layak untuk diketahui publik (Pesan maupun visualisasinya).
Mampu melahirkan dampak (featback) pada publik (menggerakkan emosi).
Monumental.
Memberikan informasi dan kesan kepada public.

Jenis Foto Jurnalistik :
 - Feature                    : Foto yang memaparkan kisah kehidupan manusia.
- Head Shot               : Foto Close Up / setengah badan (identitas).
- Spot News               : Foto Peristiwa yang sedang hangat.
- Human Interest:       : Foto yang menampilkan sisi kehidupan manusia.
- Esai                          : Foto yang ditampilkan secara sekuel dgn 1 tema.
- Displai                      : Kumpulan Foto yang ditampilkan secara display.


Fungsi Foto Jurnalistik dalam Penerbitan Cetak :

Sebagai penegas fakta.
Memberi gambaran fakta visual.
Mengundang daya tarik pembaca.
 
Hal-hal yang perlu dihindari dalam karya Jurnalistik Foto :

Menyampaikan fakta yang direkayasa.
Memunculkan persepsi diluar konteks fakta yang sebenarnya.
Memancing emosi ke arah negative (bagi sumber maupun public).
 
Kaidah 5W+1H dalam Foto Jurnalistik.

Dalam Jurnalistik tak lepas dari barometer 5W+1H, yakni What (apa), When (kapan), Where (di mana), Who (siapa), Why (kenapa) dan How (Bagaimana). Artinya dengan melibatkan 5W+1H, pembaca akan mengetahui kejelasan dari informasi yang kita tulis (misalnya berita).
Lalu hubungannya dengan Foto Jurnalistik ? Foto Jurnalistik juga tak bisa lepas dari 5W+1H. Kalau pun secara visual sulit memenuhi unsure tersebut, minimal dalam caption foto (keterangan tertulis foto) harus menyangkut 5W+1H.
Caption dalam Foto Jurnalistik sangat penting. Hal ini bertujuan untuk mengarahkan pembaca agar tidak salah persepsi menerjemahkan tampilan visual pemberitaan.

Penulis adalah Pewarta Foto SKH Kedaulatan Rakyat
Pernah bekerja di Harian Sore WAWASAN Semarang & Harian Umum KOMPAS.
Selain Pewarta Foto juga pernah sebagai Pengajar Materi Fotografi Jurnalistik di D-III PR Undip dan Fotografi Arsitektur di Fakultas Teknik Arsitektur UNIKA Soegijapranata Semarang
Sampai sekarang masih aktif sebagai pemateri Jurnalistik Foto di Kelompok Diskusi Wartawan (KDW) Propinsi Jawa Tengah dan lembaga penerbitan kampus di Semarang.
Staf Pengajar Fotografi Lembaga Pendidikan Wartawan PWI Jateng.
No telpon : 081 39096 4545, 024 70257968 (fleksi)
Pendidikan : FISIP (ANE) UNTAG Semarang & Jurnalistik STIK Semarang


Diposkan oleh Tri Widodo di 18.59
http://komunikasiwidodo.blogspot.com/

1 komentar:

Mamet pegang senjata

Mamet pegang senjata

FGD

FGD