Minggu, 14 Juli 2013

Kepedulian Lingkungan Jangan Berhenti

DARI SEMINAR GLOBAL WARMING DAN TANAM MANGROVE (1)


01/07/2008 08:49:55
KELOMPOK Diskusi Wartawan (KDW) Propinsi Jawa Tengah kembali menunjukkan responsibilitasnya terhadap persoalan sosial lingkungan. Setelah pada tahun 2001 berhasil menjembatani terselesaikannya kasus Kedungombo yang berlarut-larut
hingga bertahun-tahun, kali ini, dengan merangkul Magister Ilmu Lingkungan (MIL)Universitas Diponegoro dan PT Semen Gresik Tbk, pada telah mengukir lagi keberhasilannya dalam mengabdikan diri pada lingkungan.

Dua kegiatan bernapaskan lingkungan berupa seminar nasional dengan tema Strategi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim pada 24 Juni di Patra Semarang dan penanaman 30.000 bibit mangrove dan sekaligus pencanangan pohon nyamplung di Sabuk Pantai Mangunharjo Semarang, pada 25 Juni, telah menuai pujian dari
berbagai pihak yang mengikuti event tersebut.

Acara yang digelar dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup itu, sebagai kegiatan membumi, di tengah semakin parahnya kerusakan lingkungan akibat pemanasan global yang terjadi di seluruh penjuru dunia. Kerusakan itu juga melanda Pantai Mangunharjo Kecamatan Tugu Semarang akibat abrasi yang dipicu
semakin langkanya mangrove di pantai tersebut.

Menteri Kehutanan MS Kaban pun menyempatkan hadir pada event tersebut. Saat berbicara sebagai pembicara kunci pada seminar itu, MS Kaban berkali-kali menyampaikan terima kasih dan memberi penghargaan tinggi kepada KDW, MIL Undip dan PT Semen Gresik. Dua event yang digelar itu merupakan kegiatan yang selama
ini diharapkan oleh Dephut dalam rangka mengurangi pemanasan global.

Dalam sambutannya MS Kaban mengatakan akan terus berkampanye tentang peduli lingkungan, dengan motto, tiada hari tanpa menanam. Hal itu dimaksudkan sebagai upaya melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, agar kondisi lingkungan
yang rusak parah berangasur pulih.
Usai berpidato, Menhut menerima simbolis bibit mangrove dari Direktur Utama PT Semen Gresik Tbk Ir Dwi Soetjipto MM, untuk selanjutnya bibit yang berjumlah 30.000 buah itu, ditambah 1000 pohon nyamplung, ditanam pada hari Rabu (25/6) di Sabuk Pantai Mangunharjo, dengan tujuan membentengi arus ombak laut agar tidak menerjang lagi tambak-tambak petani setempat.

Saking antusiasnya, Menhut usai menjadi pembicara kunci tidak langsung meninggalkan tempat sebagai kebanyakan para pejabat, namun justru mengikuti seminar hingga akhir didampingi Dirut PT Semen Gresik Ir Dwi Soetjipto MM dan Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Dr Soenaryo.

Diskusi itu menampilkan pembicara Gubernur Jateng H Ali Mufiz MPA diwakili Kepala Badan Penanggulanan Bencana Alam Jawa Tengah Ir Nidhom, Pakar Lingkungan Undip Prof Dr Sudharto P Hadi, Deputi Kementerian Lingkungan Hidup dan Koordinator Walhi Jateng Arif, dengan moderator H Amir Mahmud NS SH.MH, Wapimred
Suara Merdeka.

Tak hanya Menhut yang antusias dengan seminar itu, para peserta pun juga begitu. Sebelum seminar dibuka pukul 09.15, pesertanya sudah melampaui undangan. Dari buku absensi kehadiran peserta, tercatat tanda tangan sebanyak 235 peserta, sementara yang diundang hanya 200 orang. Makin siang, jumlah peserta terus
mengalir hingga panitia harus menambah kursi dan konsumsi.

Tidak hanya peserta yang aktif mengikuti jalannya seminar, namun ketua panitia Isdiyanto yang juga Kepala Biro Semarang SKH Kedaulatan Rakyat pun, juga harus melayani padatnya dialog interaktif on air yang diprogramkan RRI Semarang, via HP. Begitu dialog dibuka oleh moderator Sudarno, penyiar senior RRI Semarang, spontan tanggapan masyarakat seputar kedua kegiatan tersebut mengalir tiada henti.

Para pendengar RRI Semarang yang merespons dialog itu, umumnya berharap kegiatan yang diprakarsai KDW, MIL Undip dan PT Semen Gresik tidak sekadar seremonial, tetapi dilakukan terus menerus dan diikuti pula oleh elemen masyarakat yang lain. Banyak penelpon yang menghendaki sikap tegas pemerintah untuk mengedepankan perlindungan lingkungan daripada memanjakan investasi yang datang
dari para pengusaha.
Harapan publik yang disampaikan lewat on air RRI Semarang itu, juga dikemukakan oleh Prof Dr Sudharto P Hadi yang menjadi narasumber dalam seminar di Patra Semarang. “Bila dokter melakukan kesalahan dan pasien meninggal, maka masalahnya cukup terhadap pasien yang meninggal itu saja. Tetapi kalau kesalahan yang menyebabkan rusaknya lingkungan, maka dampak yang ditimbulkan akan lama untuk memulihkan kembali,” kata Prof Dr Sudharto dalam seminar itu. (Isdiyanto)-c

http://222.124.164.132/web/detail.php?sid=169118&actmenu=38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mamet pegang senjata

Mamet pegang senjata

FGD

FGD